Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari Blog Ini

07 Januari 2008

Hari 4: H2C (Harap-harap Cemas)

Hari ini adalah hari bebas di Singapore, tidak ada agenda khusus kecuali ke Air Port untuk menjemput istri bos sekalian untuk mengurus tas saya yang tertinggal. Nah disitulah harap-harap cemasnya, apakah tas saya yang tertinggal sejak hari minggu masih dapat di kembalikan, mengingat sekarang sudah hari Kamis! Pagi-pagi saya dan rekan meng-agenda-kan untuk membeli oleh-oleh di Lucky Plaza. Kami memilih di situ karena harganya murah-murah, dan memang disitulah tempat yang terkenal untuk membeli oleh-oleh. Tempatnya tidak terlalu mewah, tetapi juga tidak kumuh. Mungkin kalo di Surabaya sekelas Jembatan Merah Plaza. Di situ saya sempatkan untuk menukar uang US$ 8 milik teman saya, dan mendapatkan S$11. Kami berkeliling sebentar, sampai akhirnya sampai toko baju. Harganya lumayan murah mulai S$ 4. Saya tertarik untuk membeli sweeter merk Adidas, dan kaos. Tidak tau juga apakah baju-baju di situ asli atau hanya bajakan, tapi memang kualitasnya bagus, walau tipis tetapi enak dipakai, tidak panas. Sayangnya, ternyata sweeternya terlalu kecil, yah saya bingung, di toko itu ukurannya aneh-aneh. Saya beli ukuran M terlalu kecil, tetapi jika ukuran L terlalu besar.
Ternyata memilih baju yang akan dibeli cukup membingungkan, cukup lama saya dan rekan berputar-putar mencari baju yang cocok. Sembari menunggu rekan memilih baju, saya mencoba untuk menelepon istri dirumah menggunakan telepon coin. Wah kagum saya, karena dengan telepon coin seperti itu saya bisa bertelepon ke Indonesia! Tarif telepon ke Indonesia adalah 20c per menit untuk telepon lokal (rumah), dan 30c per menit untuk telepon HP. Jika menggunakan kartu telepon milik singtel, maka tarifnya 30c untuk semua jenis panggilan ke Indonesia (HP atau lokal). Saya habiskan S$ 1,7 untuk bertelepon ria. Selesai menelpon, ternyata rekan saya masih sibuk memilih baju, maka saya coba berjalan-jalan sendiri untuk mencari barang lain yang mungkin bagus. Saya coba ke toko sepatu. Wah harganya cukup mahal-mahal juga. Mulai dari S$ 30. Saya pikir lebih baik beli di Indonesia saja kalo begitu, untuk harga segitu dapat sepatu yang lumayan.

Sebelum kembali ke hotel saya sempatkan membeli 5 buah gantungan kunci, seharga S$ 0.7.
Saya dan rekan kembali di hotel sekitar pukul 12. Istirahat sebentar, kemudian langsung pergi kembali untuk makan siang di Wisma Aria. Tujuan selanjutnya adalah ke Pasar Bugis, yaitu pusat perbelanjaan rakyat. Di situ kita harus pintar-pintar menawar. Lokasi perbelanjaan ini cukup nyaman, walau agak sumpek karena jalan sempit dan penuh sesak. Tidak terasa panas juga, setiap toko menyediakan kipas angin besar yang mengarah ke lorong jalan untuk membuat nyaman pengunjung.
Ah, sayang sekali, jalan-jalan kami di Bugis terhambat oleh hujan yang turun sangat deras. Kami terpaksa berteduh di toko swalayan "ABC". Barang-barang di toko ini cukup murah-murah. Saya membeli 1 pack battery AA yang berisi 48 buah. Harganya hanya S$ 1.9 atau sekitar Rp 12.350. Di Surabaya dengan Rp 15.000 hanya mendapat 12 buah batery ABC. Tapi memang batery nya gak bermerek, tapi klo cuma untuk jam, remote tv, atau sejenisnya sih tidak masalah.


Hujan dan Becak-becak di Bugis Junction

Hampir 1 jam kami menunggu hujan reda, wah lumayan membuang waktu yang lama. Selanjutnya kami berjalan kaki menuju Sim Lim square untuk membeli memory laptop, kemudian kembali lagi ke Bugis Junction untuk makan sore.

Malam pun tiba, dengan MRT kami berangkat menuju Changi Airport. Perjalan membutuhkan waktu 45menit dari Bugis menuju Changi airport dan harus sekali berganti MRT. Selanjutnya dari MRT Station kita menggunakan skytrain untuk menuju terminal 1. Tiba di terminal 1, mulailah pengalaman yang tak terlupakan di negeri singa ini. Perburuan tas dimulai. Pertama saya bertanya di bagian informasi bandara. Untungnya mereka dapat berbahasa Indonesia, sehingga memudahkan saya dalam mendapatkan informasi. Petugas informasi memberikan saya nomor telepon untuk dihubungi, karena kasus tertinggalnya tas saya sudah cukup lama. Saya pun menghubungi no telepon yang diberikan, ternyata saya diberikan lagi nomor telepon lain. Alhamdulillah, ternyata tas saya masih ada, tetapi ada banyak prosedurnya untuk mendapatkannya. Pertama saya harus menuju kantor polisi di bandara. Di sana saya akan diberikan tanda pengunjung agar bisa masuk ke dalam area dalam bandara. Kantor polisi terletak 2 lantai dibawah lantai utama. Dengan hati berdebar saya berbicara pada polisi yang nampaknya suku malayu. Saya dimintai passport, dan ah...! kenapa saya tadi tidak membawa passport, betapa bodohnya, passport adalah tanda identitas universal. Untung saja pak polisinya tidak mempersulit saya, saya hanya di suruh menunjukkan KTP atau kartu identitas lain. (ingat, di Singapore KTP tidak berlaku, jadi sang polisi bertanya "Kartu apa ini?", saya bilang "Indonesian Identity Number".) Karena saya tidak membawa passport, maka saya tidak diberikan tanda pengunjung, dan maka dari ini pak polisi itu mengantar saya ke dalam area bandara. Wah baru pertama ke Singapore, sudah di kawal polisi. Saya dan pak polisi itu menuju tempat pelaporan barang tertinggal. Setiap bertemu petugas lain, polisi itu mengatakan jika saya tidak membawa passport, makanya dia mengantarkan. Jadi gak enak nih... . Di pos barang tertinggal, saya di tanya nomor penerbangan, dan tanda bagasi. Semuanya mudah dan tidak berbelit. Kemudian saya di dampingi pak polisi disuruh menunggu di tempat pengambilan barang. Lama juga sih menunggunya, apalagi bersama dengan polisi. Hampir 15 menit saya dan pok polisi itu berdiri. Ingin juga mengajak ngobrol tetapi kok sepertinya gak enak. Jadinya ya diam-diaman saja. Ahh...akhirnya tas saya sudah datang. Alhamdulillah sekali, saya berkali-kali berterimakasih dengan pak polisi itu. Sudah mau menunggu cukup lama, tanpa pamrih lagi. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan...

Tidak ada komentar: