Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari Blog Ini

30 Januari 2018

AOS Crash setelah membuat view

Lagi mau buat inquiry baru di AX, dimulai dengan membuat Query-nya, kemudian dimasukkan ke view baru. Tapi tidak seperti biasanya! Jika biasanya di data source nya bisa di lihat struktur query nya. Hmm, dicoba synchronize dan compile tetap tidak bisa muncul.

Akibatnya saya ga bisa memilih field untuk ditampilkan di view itu. Kemudian saya pilih field yang sudah tersedia (standart, seperti recId, createdBy), dan disimpan. Dan...AX nya muter-muter proses...lamaaaa, dan akhirnya putus. Wow! Cek di server nya, ternyata mati service nya. Dicoba start lagi, ok bisa nyala. Terus coba buka view yang bermasalah tadi. Belum sempat buka viewnya, baru buka tree node view ax nya hang lagi dan mati.

Browsing2 di internet, nemu ini:
https://dynamicsuser.net/ax/f/developers/74092/how-to-delete-form-without-clicking-on-it?pi2195=1



Sepertinya secara tidak sengaja membuat view itu menjadi circular reference. Trus solusinya? Setelah browsing2 lagi, ketemulink ini:
https://dynamicsuser.net/ax/f/developers/65072/aos-crashing-again-and-again-after-creating-a-query-and-a-view-help-me


Saya langsung saja eksesuksi via database, karena memang nama view nya juga tidak ingat betul. Pertama saya perlu tau element pastinya. Saya query dulu elememnt yang dibuat pada tanggal 29 Jan 2018 oleh saya:

select * from modelelementdata where CreatedDateTime >= '2018-01-29'

Dari situ saya dapat ElementHandle nya. Kemudian saya cek di tabel ModelElement

select * from ModelElement where ElementHandle IN( 984094,984098,984101,984102,984103,984105)

Disitu terlihat view yang bermasalah dan field-fieldnya. Akhirnya saya hapus langsung ModelElement dan ModelElementData atas view yang bermasalah itu.

Dan Alhamdulillah, AX kembali seperti sediakala.

Note: Kejadian ini berlangsung di AX Development, bukan Production. Jadi jikapun gagal, saya masih ada opsi restore database. Jika ada yang mencoba cara ini namun ternyata tidak sesuai, maka resiko ditanggung sendiri.

28 Januari 2018

Review busur bambu laminasi pvc

Sebelum membuat busur bahan fiberglass sendiri, saya memiliki busur bambu lapis PVC. Busur yang saya beli seharga 300 ribu dari produsen busur di kota Malang. 

Busur ini memiliki banyak dua lapisan limb. Pertama kalian bambu yang cukup tebal bagian tengah. Kemudian lapisan PVC.




Bambu yang digunakan sepertinya dalam kondisi masih basah. Pengeleman pun kurang bagus, sehingga baru satu kali pakai beberapa bagian lapisan sudah terbuka. Perlu di lem lagi.
Penggunaan bahan bambu memiliki kelemahan. Yaitu tidak sempurna kembali ke kondisi semula ketika di lengkungkan. Pertama kali tarik busur ini akan berbeda setelah 1 bulan. Karena saya pegas nya sudah berkurang drastis.
Sebab beban tarikan sekitar 30 lbs Busur ini baik pada jarak 10m. Di atas itu sudah harus mengatur sudut panah agar lintasan parabolic nya pas. Jarak diatas  30 m cukup sulit saya mengendalikan laju anak panah. Saya berkesimpulan lentingan busur ini tidak bagus. Penggunaan busur ini juga harus menggunakan teknik katra. Jika tidak akan melenceng ke kanan.
Busur ini saya gunakan hanya selama kurang lebih 3 bulan. Karena busur ini patah. Informasi dari rekan rekan, PVC memang memiliki umur sekitar 3 bulan. Setelah itu mudah patah.


27 Januari 2018

Busur EFG karya sendiri

Busur fiber ini saya beri nama ZX 130 karena sesuai dengan warnanya yang hijau seperti warna sepeda motor zx 130. 
Busur ini adalah busur pertama dan satu-satunya yang saya rakit sendiri. 
Cukup lama saya membeli bahan-bahan untuk rakit, sebelum akhirnya menjadi busur. Awalnya busur ini bertipe persia, sengan handle yang melengkung. Namun pada percobaan pertama perakitan, ternyata handle patah setelah saya diamkan busur selama semalaman.
Sempat marasa putus asa karena harus mencari lagi handle pengganti, namun akhirnya  kembali bersemangat untuk merakit lagi. Dari pengamatan terhadap perkembangan busur fiber, para pembuat busur fiber melakukan tapper pada fiber pada bagian ujung siyah. Tujuannya agar energi pegas tersebar merata dari pangkal sampai ujung siyah. 
Maka diputuskan untuk sekalian melakukan tapper pada fiber yang akan dirakit ini. 
Spesifikasi fiber, panjang 120cm, lebar 4cm, tebal 6mm. 
Dipotong sehingga tersisa panjang 110 cm. 
Dari informasi beberapa rekan, memang fiber 6mm sering "memakan korban" handle karena terlalu tebal. Terutama di model persia.
Rata-rata pembuat busur fiber lebih menyukai fiber dengan tebal 4-5mm. 
Dengan perubahan rencana awal (awalnya tanpa tapper), maka siyah perlu ditipiskan agar pas dengan ujung fiber yang lebarnya 2cm (setelah ditapper).
Dengan peralatan yang terbatas dan minimnya pengalaman, pengerjaan penipisan siyah memakan waktu lebih dari 1minggu.
Selain itu, model busur saya rubah menjadi model turkis. Handle yang patah saya modifikasi untuk dijadikan bagian depan handle.
Busur model turkis menggunakan dua bagian handle (depan dan belakang) yang mengapit fiber. 
Sedang handle belakang saya menggunakan ex handle busur laminasi pvc-bambu yang telah patah. 
Handle ini dimodifikasi juga agar menjadi lebih tipis karena sebelumnya merupakan handle bagian depan.
Kelebihan pembuatan busur model turkis adalah tidak diperlukan klem C karena cukup menempelkan kayu ke fiber. (jika ada klem C, sebaiknya tetap digunakan agar lebih rekat).
Sebagai pengganti klem C, saya gunakan tali sumbu untuk mengikat bagian handle yang telah saya lem dengan lem epoxy.Saya diamkan lem selama 24 jam.
Dikarenakan pengerjaan handle tidak halus, maka posisi kayu tidak mengapit fiber dengan sempurna. Ada bagian-bagian yg tidak menempel di fiber. 
Untuk ini saya akali dengan memasukkan lem Epoxy cair (sejenis lem alteco/lem G) kedalam ronga-rongga yang ada, ditambah dengan serbuk gergaji. Saya diamkan lagi 24 jam.
Pengeleman dengan epoxy cair atau pun yang pasta dilakukan satu persatu dari bagian handle, tidak sekaligus bagian depan dan belakang.
Selanjutnya dilakukan pengeleman pada kedua siyah, dengan cara yang sama.
Setelah proses pengeleman selesai, maka dilanjutkan dengan proses melilit dengan bendang nylon. 
Fungsi lilitan ini sangat penting, karena sebenarnya adalah penambat utama bagian siyah, handle, dan fiber. Pengguaan lem saja tidak akan dapat menahan fiber dan kayu.
Mungkin jika lem yang digunakan memiliki ramuan seperti pada busur laminasi tidak diperlukan lagi penggunaan lilitan nylon.
Proses pelilitan diharuskan rapat dan kuat. Makin rapat, maka semakin kompak busur dan fiber bersatu. Terlebih lagi busur dengan tarikan diatas 40 lbs.
Jika proses lilitan selesai, maka tinggal dibuatkan string busur. Saya menggunakan string eks busur Cartel yang telah putus. Busur Cartel memiliki string yang panjang nya 70".
Walau sudah putus, masih lebih dari cukup untuk dijadikan string busur fiber ini.
Hasil pengetesan busur ini, kesan pertama, jauh lebih enak daripada busur laminasi pvc-fiber yang pernah saya gunakan. Akurasi cukup baik untuk jarak dibawah 20m. 
Saya coba jarak 40m, ternyata tidak sampai.Hand-shock, cukup terasa. Mungkin karena bentuk siyah yang masih besar. Tarikan busur masih belum sesuai dengan harapan.
Awalnya diperkirakan bisa sampai 40lbs. Ternyata masih jauh. Jika ingin menambah tarikan, maka bisa dilakukan pemotongan fiber hingga menjadi 90-80cm. 
Atau juga dengan memanjangkan handle bagian belakang sampai sekitar 30cm.




Update:
Karena ikatan siyah dirasa sudah kendor, maka saya putuskan sekalian menaikkan lbs dengan cara memotong fiber 4 cm di setiap ujung.
Selain itu handle saya sesuaikan genggaman karena yang lama terlalu besar sehingga membuat sakit tangan. Siyah juga saya ganti dengan siyah ex Busur bambu. Plus ditambah stiker untuk mempercantik




24 Januari 2018

Perjuangan di Colombo II

Astaghfirullah... Setelah hampir 3 bulan baru sadar SIM C sudah expired!
Terbayang repot dan dana yang harus disiapkan. Ya gimana lagi, semua sudah terjadi, tidak bisa diulang. Ok. Kita berjuang lagi untuk membuat SIM baru.
Pertama terbayang harus cuti, namun setelah baca di internet, ternyata Sabtu buka. Alhamdulillah.

Percobaan pertama, tangga 16 Desember 2017. Karena ada acara di pagi harinya, maka saya mampir sekitar jam 12 kurang. Saat akan parkir, petugas parkir menanyakan tujuan saya. Saya jawab membuat SIM baru. "Wah sudah tutup mas pendaftaran nya" jawab petugas parkir dengan logat Madura nya. Hmm, ok deh kalau begitu. Saya balik kanan grak. 

Datang lagi pada tanggal 23 Desember 2017. Sengaja datang pagi dengan asumsi agar dapat urutan awal. Ternyata... Tertulis jam buka:
Senin-Jumat 09:00-13:00
Sabtu 09:00-12:00
Ealah... Kadung datang jam 8.
Akhirnya duduk menunggu di kursi yang disediakan. Nunggu 20 menit an koq rasanya ada yang ganjal. Apa ya? Lihat sekeliling..Hmm koq banyak orang yang bawa keras biru. Teringat info teman kantor. "Sampean ngurus kesehatan dulu saja biar gak bolak balik". Seingat saya di perjuangan terdahulu tempat cek kesehatan ada di dalam. Baca: https://shindu-b-raditya.blogspot.co.id/2007/11/perjuangan-di-kolombo.html

Saya tanya pada orang yang duduk disebelah. "Mas itu kartu biru buat apa?". "Lho itu tes kesehatan", jawab nya. Wuik... Tenan, ga tanya tersesat ini. Saya tanyakan​ dimana lokasi test kesehata nya, mas nya nunjuk ke gang didepan pintu masuk Samsat. Dengan langkah agak terburu-buru saya pun jalan ke arah gang tersebut.


Wow ternyata penuh dengan calo!! Saya tanya berapa. Dijawab 500rb!!! Subhanallah. Saya jawab wah uang nya gak cukup.
Sampai di lokasi... Antri nya sudah panjang. Tanya bapak bapak dibilang langsung ambil antrian. Dapat nomor 105! Baru padahal nomor antrian saat itu masih 20 hahaha. Yang sabar ya boss.

Nunggu sekitar 20 menit akhirnya nomor dipanggil. Oh ya, diminta foto copy ktp satu lembar. Atau kalau ktp hilang pakai surat keterangan. Ternyata itu antrean membeli asuransi! Bayar 35rb dapat kartu biru.
Selanjutnya antri lagi di cek kesehatan. Dengan tidak ada nomor antrian, maka saya tidak tau masih lama atau tidak. Terlebih tidak ada mikrofon untuk memanggil. Jadi orang-orang pada ngumpul di ruangan sempit biar saat dipanggil tidak terlewat. Saya perhatikan tes yang dilakukan tidak sama siap orang. Ada yang di test buta warna, sedang saya sendiri di test suruh baca tulisan, tanpa test buta warna. Mungkin karena saya pakai kacamata. Selain itu ditanya apakah ngurus sediri atau tidak?? Apa ya maksudnya. Koq hasil test saya dikasih gambar Kluet Kluet...Embuh lah. 

Biaya test kesehatan sebesar 25rb.
Sekitar jam 10.30 an saya berhasil mendapatkan surat kesehatan. Langsung bergegas menuju komplek satpas Colombo, bertanya pada penjaga, ditunjukkan lokasi pendaftaran yaitu di pojok barat laut. Jadi saya melewati area test roda dua dan roda empat. Tempat yang ternyata akan saya datangi setiap Sabtu selama satu bulan....

Di loket pendaftaran akan diberikan formulir yang silahkan di isi sediri. Sekalian diberikan nomor antrian dua lembar. Simpan baik baik. Jangan hilang salah satunya.
Sambil nunggu antrian, saya sempatkan baca buku test teori lalulintas. Hati-hati, sepertinya ada jawaban yang salah. Akhirnya nomor saya dipanggil. Maju ke tempat input data. Sekitar 5 menit selesai. Lanjut ke foto dan sidik jari, sekitar 5 menit juga. Lanjut lagi ke test teori. Menunggu di sini cukup lama. 15 menit an. Sedikit nervous, takut tidak lulus teori. Alhamdulillah, test teori lancar dengan nilai 28. Artinya salah 2. Timbullah rasa pede test praktek yang akan saya hadapi selanjutnya.

Test praktek! Saya harus mengulang sampai 5x!! Test ini meliputi: test jalan lurus, kemudian jalan sempit dan belok serong, kemudian test jalan angka 8 sebanyak 3x. (Ini saja yang diminta 3x!) Kemudian test u turn di jalan sempit.
Disediakan beberapa sepeda motor untuk test. 2 supra 125, 1 MiO, 1 vario,1 Beat, 1 spacy. Di percobaan pertama saya menggunakan mio karena ada mio di rumah. Gagal di angka 8 pada putaran ke 2. Mengulangi lagi 30 Desember 2017, kali ini menggunakan Honda Supra 125. Gagal di 8 pada putaran ke 2 juga. Ulang lagi pada 6 Januari 2018, dengan kendaraan sediri. Zx130. Gagal lagi di angka 8 belum sampai 1 putaran. Rem yang terlalu keras ikut andil dalam kegagalan. Percobaan ke-4 pada 13 Januari 2018 menggunakan supra 125, gagal lagi pada angka 8 pada putaran ke 2. Percobaan ke-5 pada 20 Januari 2018, menggunakan Honda Spacy, akhirnya berhasil. Alhamdulillah! Saya tidak tau apakah benar tidak melewati garis atau tidak karena tidak kelihatan saat di kendaraan. Yang pasti semua karena bantuan Allah yang telah mengijabahi doa ibu.



Test jalan di angka 8. 

Dengan wajah berseri saya lanjutkan ke proses selanjutnya di loket 5. Nunggu sekitar 15 menit, lanjut ke proses verifikasi di ruang pendaftaran pertama. Qadarullah, system nya error, jadi verifikasi nya baru bisa hari Senin. Ya sudah lah. Yang penting sudah lulus.
Senin, 22 Januari 2018 saya kembali lagi ke Colombo sekitar pukul 13.20 WIB. Ternyata cukup sepi. Test praktik hanya diikuti 3-4 orang. Berbeda saat Sabtu, bisa sampai 20 orang lebih. Prosess verifikasi pun hanya ada 2 orang. Setelah verivikasi lanjut ke pembayaran di bank BRI yang ada di area satpas. Biayanya 100rb, dan akhirnya dicetak. Jadilah SIM saya yang baru. Semoga tidak lupa pernpanjangan lagi.