Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari Blog Ini

27 Oktober 2007

POS 2 dan 3 - Mengurus Akte Kelahiran di Surabaya

Pos kedua adalah Kecamatan. Kita ke sana berbekal form daftar akte dan form pisah KK. Seperti biasa, jangan ragu untuk bertanya!! Bertanyalah apa saja yang dibutuhkan untuk membuat akte lahir baru. (eh..tapi liat-lihat juga. Klo udah ada tulisan di tembok ya ga usah bertanya bro). Syaratnya adalah membawa semua berkas dari kelurahan kecuali form satu jiwa satu pohon. Eh ya, KK asli akan diminta dan dicoret sama petugas, karena akan dibuatkan KK baru. Proses di kecamatan cukup sederhana, gak seperti di keluarahan dimana kita harus menggotong pohon. Setelah proses pencatatan dan stempel, serta bayar biaya admin sebesar 25 ribu maka kita tinggal munggu KK selesai dalam waktu kira-kira 14 hari. Dari kecamatan kita dibekali copyan dari blanko pembuatan KK yang tadi kita bawa, untuk nantinya dibawa untuk mengambil KK.

Sambil menunggu KK, kita perlu juga untuk melegalisir foto copy surat nikah. Yang difoto copy adalah halaman depan (yang berisi nama dan foto,) dan halaman baliknya. Kemudian halaman paling belakan dimana ada tandatangan penghulunya. Saya ikuti saran petugas KUA agar membuat fotocopy tersebut 1 halaman saja. Selesai di fotocopy, kita bawa ke KUA dan di legalisir. Proses legalisir memakan waktu setengah hari (gak tau juga klo bayar, bisa cepet kali).

Pos ketiga adalah dispenduk. Setelah KK jadi, kita ambil di kecamatan. Syaratnya adalah copy-an blanko pembuatan KK. Oh ya, hampir lupa, klo kasusnya seperti saya (pisah KK) jangan lupa membawa kepala keluarga dari KK asal kita, untuk tanda tangan KK baru. Sampai di kecamatan, langsung ke loket pengambilan KK, kita serahkan blangko copy-an dan kita tanda tangani KK baru. Pihak kecamatan akan menawarkan sampul plastic untuk KK seharga 5000. (bukan penawaran sih…) Setelah KK baru selesai, maka foto copy KK baru tersebut untuk dibawa di Dispenduk. Syarat-syarat di dispenduk:

1.Foto copy surat nikah yang telah di legalisir
2.Foto copy KK baru
3.Foto copy KTP ortu (2 orang)
4.Foto copy KTP 2 orang saksi (saya pilih mertua saya)
5.Asli surat keterangan lahir dari RS

Kita membutuhkan tandatangan saksi, untuk itu kita dapat membawa saksi ke dispenduk. Namun ada opsi lain, jika kita memiliki banyak waktu, kite ke Dispenduk hanya untuk mengambil formulir. Setelah itu kita bawa pulang dan diisikan serta ditandatangani oleh : Ayah bayi, Saksi1 dan Saksi 2
Di Surabaya, Dispenduk berada di belakan Samsat Jl Kertajaya. Dari rumah saya butuh waktu 0.5 jam naik ZX130. Sampai di Dispenduk, langsung kita menuju ke loket Pembuatan Akte Lahir non Terlambat. Di situ nantinya ada loket pembuatan akte yang terlambat (gw ga ngarti maksudnya jg, denger2 sih klo bayi udah usia 3 bulan berarti terlambat). Sekali lagi, jangan malu bertanya sama petugas, jangan ke orang lain apalagi calo (emang bikin SIM ). Sang petugas akan memberikan kita 2 lembar formulir. Kita isi dengan lengkap dan tanda tangan. Di situ juga ada tanda tangan saksi…nah tuh dia. Gw gak tau klo saksi harus tanda tangan. Untung petugas di situ baik hati, karena tau rumah saya jauh, akhirnya saya tanda tangan sendiri saksinya….heheh. Tapi tanda tangannya jangan didepan loket. Ngumpet dulu. Serahkan dua formulir yang telah di tanda tangani beserta persyaratan dokumen ke petugas. Petugas akan men-check formulir dan selesai. Kita disuruh bayar ke loket kas sebesar 4.5 jt, eh salah….4500 rupiah…wuih murah nya ya. Dan selesai lah proses pembuatan akte. Saya dipersilahkan mengambil kira-kira 1 bulan kedepan. Wah puas deh rasanya, semuanya di kerjakan sendiri. Capek sih, tapi kan jadi tau proses-prosesnya. Dan yang bikin lega itu gak bertele-tele prosesnya dan juga tidak membuang uang banyak. 

 Salut juga sama pemerintah Surabaya.


POS 1 - Mengurus Akte Kelahiran di Surabaya

Setelah menunggu selama 9 bulan, akhirnya terlahirlah anak laki-laki dengan bobot 3.3 kg dan panjang 50cm. Bahagia rasanya menyaksikan cipataan-Nya yang sangat unik ini. Banyak hal yang harus kami persiapkan dalam menunggu buah hati ini. Yang pertama ya tentu saja duit. Ya gak banyak sih, cukup tiap bulan nyetor 300rb selama 6 bulan. (yang 3 bln dibuat bayar hutang…hihihih). Terus peralatan bayi, seperti kasur kecil, popok dan lainnya. Kemudian kami juga mempersiapkan nama. Ber puluh-puluh situs internet saya kunjungi demi mencari referensi nama, ternyata masih belum cukup juga. Kami akhirnya membeli buku yang berisi ribuan nama. Dan akhirnya kami pilih sebuah nama: Nizar Ahza al Azzam.


Sebagai warga Surabaya yang cukup baik (gak baik2 amat jg sih) tentu kami harus mendaftarkan putra kami sebagai salah satu penghuni tanah Surabaya. (Tapi alasan tepatnya, yak arena klo masuk SD atau TK kan butuh akte . Huss ojo banter-banter!!!
Sebenarnya saya bisa menguruskan akte lewat rumah sakit, namun ternyata syarat-syarat yang harus dibawa membuat RS hanya mengurus di Dispenduk. Padahal dispenduk adalah proses terakhir dalam mengurus akte…jadi sama juga boong dong. Saya pun akhirnya memutuskan untuk coba mengurus sendiri.


Pos pertama proses pengurusan akte adalah kelurahan. Sesuai ketentuan birokrasi yang ketat, untuk menuju pos pertama, saya harus memiliki surat pengantar dari RW, dimana kita harus ke RT dulu. Jadi minta blangko surat pengantar (keterangan) untuk membuat akte baru, kemudian isi dan di tanda tangan oleh RT. Ingat, nama peminta surat pengantar adalah ayah nya. (jgn tetangganya yo.) Setelah dari RT lengkap (1 lembar saja), bawa ke RW. Pihak RW akan mencatat surat kita dan memberikan tanda tangan ketua RW. Biasanya sih kita harus membayar kas. Terserah besarnya, klo saya bayar 3000 aja. Tergantung tempatnya ya… klo di Jakarta bayar segitu bisa stempel jidad loe.
Nah sekarang kita telah mendapat surat keterangan RT/RW. Kita bawa surat tersebut ke kelurahan. Ingat, sebelum ke kelurahan, jangan lupa bawa:


1.Foto copy Surat Nikah 1 lembar
2.Foto copy KTP suami-istri @1 lembar
3.Foto copy KK
4.Foto copy Surat Keterangan Lahir dari RS 1 lbr
5.Dan jg bawa aslinya ya


Selain dokumen-dokumen tersebut, perlu dipersiapkan sebuah pohon. Karena sekarang ada peraturan 1 badan 1 pohon. Di tempat saya terserah bawa tanaman apa. (Seharusnya kan yg berbentuk pohon). Orangnya bilang dia mau menerima bunga juga, asal dengan potnya. Namun saya ingin pohon yang saya bawa bisa tumbuh hingga puluhan tahun. Maka saya pilih pohon mangga. Saya beli pohon mangga seharga Rp 8000 di daerah Tj. Sadari. Wah lumayan jauh jg ngotong-ngotong pohon mangga setinggi 1.5 m ke kelurahan. Ya kira-kira 1.5 km an.


Di kelurahan petugas akan mengisikan form pembuatan akte. Lama gitu dia ngisinya, pingin bantuin koq males jg . Nah di peraturan baru, untuk membuat akte harus ada KK sendiri. Sebelumnya KK saya gabung dengan mertua…ya maklum tinggal di PMI. Maka petugas kelurahan akhirnya juga membuat kan form pembuatan KK baru. Totalnya, dari keluarahan kita akan mendapat 3 form. Pertama form pembuatan akte, kemudian form pisah KK, dan terakhir form satu jiwa satu pohon. Biaya yang harus saya keluarkan di kelurahan sebesar 20 ribu.

Bersambung...

20 Oktober 2007

Antara Odong-Odong dan Becak

Anda semua pasti tau apa itu Odong-Odong. Becak yang dimodifikasi menjadi arena bermain.
"Kendaraan" ini muncul udah cukup lama juga. Dulu sih masih berbentuk kuda-kudaan aja. Tapi sekarang udah berbagai macam bentuk, dari komedi puter, bianglala, dll.

Tau gak, seorang juragan odong-odong dapat meraih 800rb per hari. Wuiihhhh.
Coba baca di Nova : http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=12547

Tapi emang gak kaget juga, dengan tarif Rp 500 per lagu, jika dalam 1 jam mendapatkan 10 anak yg naik odong2 maka dari jam 9 pagi sampai 5 sore (8 jam ) akan mendapatkan Rp 40.000. Itu jika cuma 10 anak per jam.
Seorang pekerja yg bergaji 1.500.000 per bulan, maka per harinya adalah Rp 60.000.

Wah lumayan jg ya odong-odong. Cuma modal cape doang.

Sekarang, kita lihat ke sodaranya: Tukang becak.
Kayaknya nasib nya gak sebagus tukang odong-odong. Padahal mereka harus mengeluarkan tenaga extra untuk mengayuh becaknya + muatannya. Jika tukang odong-odong mengeluarkan tenaga untuk mengayuh anak2 kecil (yg pastinya sudah diatur agar kayuhannya gak berat), maka tukan becak bener2 mengkonvert energi yg dikeluargkan untuk menggerakkan becak dan muatannya sampai ke tujuan.

Di sisi "marketing" tukan becak juga kalah dengan odong-odong. Odong-odong terus berkeliling mencari pelanggan (jemput bola) sedangkan tukan becak gak mungkin dia kesana-kemari untuk mendapatkan penumpang. Paling2 nongkrong di perempatan....

Klo pendapatku, odong-odong lahir dari ide-ide kreatif orang2 kecil. Emang bener, jaman sekarang udah gak jaman lagi kerja keras, tapi kerja cerdas. Setujuuuuu????