Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari Blog Ini

06 Juli 2021

Online-Online (Market Place)

Ingat lagu jadul Saykoji 10 tahun lalu. Ya lagu yang menceritakan tentang zaman dimana semua hal bisa dilakukan secara online. Saat ini hampir semua hal! Ngaji, belajar, belanja, bekerja, bahkan ada juga operasi dilakukan oleh dokter secara online!

Saya selama ini memiliki teori, bahwa hukum kekekalan energi juga berlaku pada semua perubahan di dunia ini. Apa itu maksudnya? Makudnya, energi itu bersifat tetap, jika dia berubah menjadi sesuatu bentuk yang lain, maka bentuk yang lain tersebut ditambah dengan energi untuk berubah sama dengan total energi yang berubah. Dalam bahasa sederhana setiap perubahan maka akan ada yang berkorban dan beruntung, namun sebenarnya effort yang dikeluarkan tetap.




Kita bahas mengenai market place. Saat ini pasti ada banyak market place di Indonesia, yang paling besar ya beberapa itu. Saya ingat dulu awal-awal lagu saykoji itu, orang berbelanja online masih tidak yakin. Takut barang tidak dikirim dan lainnya. Yang paling aman saat itu belanja di Kaskus kemudian pakai rekening bersama. Barang diterima dengan baik maka uang diteruskan ke penjual. Saat ini belanja online telah berhasil melibas belanja offline. Lihat berapa toko besar yang akhirnya menyerah berjualan offline. Tapi yang untung siapa sih sebetulnya? Pembeli? Penjual? atau yang lain? Nah ini yang coba saya analisa sesuai teori saya. 

Biaya-biaya yang timbul karena sistem online dari sisi Pembeli
1. Biaya Kirim
2. Biaya Internet
3. Biaya Listrik

Biaya yang hilang dari sisi Pembeli
1. Biaya transport (termasuk parkir, capek karena berpergian)

Biaya yang timbul dari sisi Penjual
1. Biaya Internet
2. Biaya packing (beli bubble warp, beli kardus, dan kegiatan mempacking)
3. Biaya marketing online

Sedang yang hilang dari sisi Penjual
1. Biaya toko (misal sewa toko, pembelian etalase untuk mempercantik toko)

Dari list diatas terlihat ada yang keluar ada yang masuk (biaya). Dalam teori saya biaya yang hilang dan masuk jika digabungkan (dari sisi pembeli dan penjual) maka akan nol. Artinya biaya-biaya tersebut tidak benar-benar hilang atau bertambah, namun berpindah ke entitas lain.

Biaya kirim berpindah dari yang sebulmnya masuk di biaya transport pembeli, berpindah ke biaya biaya kirim dan biaya internet serta listrik. Selain itu biaya packing penjual itu saya rasa juga masuk ke situ. Akhirnya perusahaan jasa pengiriman mendapatkan energi, begitu pula perusahaan produsen buble warp, kardus, isolasi dan benda-benda lain yang berhubungan dengan packing dan pengiriman. Yang "rugi" siapa? Tidak ada, karena biaya transport yang ditanggung pembeli berpindah ke biaya transport perusahaan courir/ojek online. 

Contoh biaya toko yang "hilang" dari sisi penjual, sebetulnya berpindah ke biaya internet dan marketing online, seperti mengupload foto-foto produk. Kegiatan packing yang sebelumnya tidak dilakukan (cukup masukkan ke kresek ketika di toko offline) harus dilakukan lebih berat. Hal ini mungkin juga bisa dijadikan konpensasi atas biaya toko yang mungkin berkurang.

Sedang dari sisi pemilik market place? Tentu effortnya lebih gila lagi. Mereka melakukan bakar uang ber milyar-milyar untuk membuat orang terbiasa dan mau belanja online. Dan mereka berhasil! Tapi persaingan market place akan tetap berdarah-darah. Berpindah dari toko satu ke toko lain akan sangat mudah seperti membalik telapak tangan. Tidak ada konsumen garis keras untuk satu market place. Semua tergantung harga dan cashback.

Nah market place ambil "energi" dari pihak mana? Sepertinya dia ambil energi dari biaya toko. Karena akhirnya market place offline mulai tergerus dan tutup. Mereka menghisap nyawa dari mall-mall (termasuk dalamnya perusahaan parkirnya, outsourcing pegawainya, listrik, dan lainnya).

Oh ya perusahaan internet juga mendapat energi dari perubahan ini pastinya. Sedang listrik, BBM tidak berubah karena yang menggunakan hanya berpindah.


 +  

Jadi: 





Tidak ada komentar: