Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Cari Blog Ini

06 Mei 2008

Hemat donk!


"BBM bakal naik". "Semua kebutuhan pasti akan ikut naik". Hampir semua orang sekarang membicarakannya. Pasti ada rasa khawatir dihati akan kelangsungan hidup. Memang, saat ini kondisi ekonomi dunia sedang kritis. Tidak hanya minyak yang naik, tetapi bahan pangan (beras, gandum, jagung, dll) ikut naik. Sebenarnya sangat patut bangsa Indonesia untuk khawatir dan waspada, karena hal itu menunjukkan kemampuan kita menganalisa kondisi disekeliling. Dan juga menyadarkan dari keterlenaan subsidi!
Harga petamax terakhir adalah Rp 8900. Pertamax adalah BBM non subsidi, jadi selisihnya Rp 4300 (dari harga premium 4500). Wah hampir 100%! Tentu sangat besar nilai subsidi yang diberikan pemerintah. Parahnya lagi, yang menikmati subsidi tersebut malah bukan golongan rakyat miskin. Kira-kira yang mampu membeli kendaraan bermotor siapa? Tentu bukan golongan miskin, tetapi menengah ke atas (ingat, jika sudah dapat mebeli/kredit kendaraan berarti tidak masuk golongan miskin). Sangat disayangkan, kita-kita yang sebenarnya masih mampu (walau bisa disebut sedikit mampu), masih berharap disuapi oleh pemerintah. Lebih parah jika orang-orang yang sudah sangat mampu masih mengemis ke pemerintah!!
Pemberian subsidi BBM sudah dilakukan pemerintah sejak bertahun-tahun lalu. Ingat ketika premium naik dari 900, kemudian 1200, trus 1500, 3500, dan terkahir 4500? Tetapi sebenarnya kenaikan harga minyak tidak mengikuti kenaikan harga premium. Kenaikan harga minyak lebih besar daripada kenaikan premium. Sampai saat ini sebagian besar rakyat tidak mengetahui keadaan sesunggunya harga BBM yang mereka beli. Mereka tetap membeli premium seharga 4500 walau sesungguhnya seharga 8900. Kondisi berat mungkin hanya muncul beberapa bulan awal setelah harga naik, namun selanjutnya biasa. Coba kita lihat kondisi jalan raya saat malam minggu. Berjuta-juta kendaraan memenuhi jalanan. Berapa juta ton BBM yang dibakar? Apakah itu menunjukkan kondisi sulit? Tentu tidak.


Sudah saatnya rakyat tarbangun dari kondisi nyaman. Bukan saya anti kemapanan, tetapi kita harus sadar kondisi sebenarnya yang terjadi. Ancaman inflasi sudah menghadang di depan. Kita harus siap sedia. Biarkan kenaikan BBM sebagai cambuk untuk menyadarkan kita. Mulailah kita hidup hemat. Gunakan kendaraan bermotor secara optimal. Budayakan berjalan kaki di trotoar. Seharusnya uang subsidi yang sangat besar tersebut dapat dipakai untuk membangun kota agar lebih hijau dan nyaman bagi pejalan kaki. Selain itu, sudah saatnya pemerintah memulai fokus pembangunan transportasi masal yang layak.

Tidak ada komentar: