Quarantine? Apa ya? Bagi teknisi-teknisi komputer pasti teringat sama antivirus. "Move to quarantine" ^_^ Bukan boi, yang gue bicarain sekarang adalah judul pelem. Dibintangi oleh Jennifer Carpenter. Sapa lagi dia tuh? Klo pernah nonton film White Chick pasti tau siapa dia, wahahahaah. Ketawa klo ingat adegan nangis nya di film White Chick.
Adegan QuarantineAdegan White ChickDalam
film quarantine, ada satu hal yang unik. Yaitu sepanjang film, kamera yang digunakan hanya satu. Jadinya nonton film ini seperti nonton adegan nguber penjahat di acara Buser. Baru kali ini juga saya lihat film dengan teknik sinematografi seperti ini. Aneh. Bikin pusing. Dan yang mengecewakan kualias gambarnya kualitas film televisi...
Oh ya baru ingat, ada film lain dengan model seperti ini, yaitu film tentang suku kanibal. Yang semi dokumenter itu, judulnya Cannibal Holocaust.
Film ini bercerita tentang peliputan dunia pemadam kebakaran. Ya bayangkanlah seperti acara si Bolang. Cuma bedanya di si Bolang kamera yang digunakan masih lebih dari 1 buah. Mungkini 15 menit atau 30 menit pertama benar-benar membosankan. Sumpah deh, bosen banget! Saat ini saya menebak-nebak arah film ini. Adegan yang ditampilkan cuma perkenalan alat-alat pemadam kebakaran, perkenalan dengan anggota dan cerita-cerita ringan banget.Kemudian setelah itu baru mulai adegan agak tegang. Ada panggilan untuk pemadam kebakaran. Kita akan di ajak menuju sebuah apartemen tua. Penghuninya (yang memanggil pemadam) mengatakan bahwa ada suara teriakan di lantai atas. Oh ya, ada hal unik lain. Di film ini tidak ada background music atau sound effect yang bikin kaget seperti di film-film horor biasanya.Kembali ke cerita, kemudian petugas pemadam dan polisi menuju ke lantai asal teriakan. Ternyata ada seorang wanita tua yang terlihat sakit. Wanita ini berbusa mulutnya. Dia diam saja sambil menggerang. Saat itu mulai deh kita mulai deg-deg an. Eh tiba-tiba wanita itu menyerang salah satu anggota polisi. Digigitnya lehernya.Setelah kejadian itu, tiba-tiba pintu apartement di kunci dari luar. Semua pintu di jaga tentara bersenjata lengkap. Tidak ada satu pun orang yang boleh keluar dari apartement. Ya apartement itu di karantina...seperti judul pelem ini. Belum orang-orang mengerti apa yang terjadi, sebuah mayat jatuh dari lantai atas.Kondisi juga sama, dengan leher terkoyak. Film yang tadinya tenang berubah menjadi tegang. Penonton disuguhi adegan-adegan mengagetkan. Di salah satu scene, baru di ketahui ternyata penyebab peristiwa ini adalah Rabies. Tapi bukan rabies biasa, karena penularannya sangat cepat. Hmm...film ini cocok di putar di daerah epidemi Rabies seperti Bali. Ya itung-itung sebagai bagian kampanye anti rabies :PYah seperti film-film sejenis lainnya, satu-per satu penghuni apartemen tergigit sehingga tertular rabies. Mereka yang terkena rabies menjadi zombie yang lapar. Akhirnya tinggal dua orang yaitu sang reporter dan kamerawannya. Di bagian akhir, di tunjukkan melalui potongan-potongan kliping koran, bahwa peristiwa ini bukan tidak disengaja. Tetapi karena ada sebuah aliran sesat (mungkin Ahmadiyah hahahah) mencuri senjata biologi. Oalah...gitu to Kemudian terror berlanjut, sang kamerawan pun tewas diterkam zombie-zombie itu. Kamera jatuh. Tetapi untung jatuhnya pas sehingga tidak rusak dan tetap dapat mengambil gambar yang pas. Coba kamera rusak atau arah ambilan gambarnya salah, jadinya bioskop cuma nampilin hitam tok donk :PDengan kamera di lantai di tampilkan adegan terakhir. Sang reporter merayap mendekati kamera, namun tertarik ke belakang. Ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat... HiiiiiiiiiiiiiiYah..gitu aja ceritanya. That is all. Jangan mengharap ada efek-efek hebat. Yang ada dapat hanya efek menggigit leher, orang jatuh dan tembakan. Mungkin sang sutradara memilih menggunakan teknik pengambilan gambar seperti ini karena ingin membuat penonton serasa melihat adegan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar